Proses Fermentasi:
Buka tutup wadah selama satu minggu pertama untuk membuang gas.
Aduk campuran pada hari ke-7, ke-30, dan ke-90.
Penyimpanan:
Simpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, dengan sirkulasi udara yang baik, dan jauh dari bahan kimia.
Panen Eco Enzyme:
Setelah fermentasi sekitar 3 bulan, eco-enzyme siap digunakan dengan warna cokelat dan aroma asam segar khas fermentasi.
Beberapa warga terlihat antusias dan penasaran terkait pembuatan eco-enzyme.
Warga banyak bertanya terkait apa terdapat rasio khusus untuk membuat eco-enzyme.
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh mahasiswa KKN-BBK 5 bahwa rasio yang digunakan 1:3:10 dengan 1 adalah gula, 3 adalah sisa sayur dan buah, dan 10 adalah air.”
Cara pemakaian Eco-Enzyme Setelah Proses Fermentasi
Pembersih Serbaguna:
Campurkan 100 ml eco-enzyme dengan 1 liter air untuk membersihkan permukaan dapur, lantai, dan furnitur.
Gunakan 150-300 ml eco-enzyme untuk mencuci baju sebagai pengganti deterjen.
Siramkan 250 ml eco-enzyme langsung pada kloset atau saluran air.
Penyubur Tanaman:
Campurkan 30 ml eco-enzyme dengan 2 liter air dan semprotkan ke tanah atau tanaman.
Pengusir Hama:
Campurkan 30 ml eco-enzyme dengan 1 liter air dan semprotkan pada area yang terinfeksi hama.
Pelestarian Lingkungan:
Eco-enzyme dapat menjernihkan air kolam atau sungai dan membersihkan air akuarium.
Mahasiswa Universitas Airlangga berharap, sosialisasi ini tidak hanya membantu pengelolaan sampah di lingkungan Simomulyo Baru, tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Pembuatan Eco-Enzyme membuat warga dapat memanfaatkan limbah rumah tangga secara lebih efektif.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi masyarakat Simomulyo Baru untuk terus menerapkan solusi-solusi kreatif dalam pengelolaan sampah dan menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.