Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Terkini

Varian Nimbus Picu Kenaikan Kasus COVID-19, Pakar UNAIR Ingatkan Kewaspadaan Publik

15
×

Varian Nimbus Picu Kenaikan Kasus COVID-19, Pakar UNAIR Ingatkan Kewaspadaan Publik

Sebarkan artikel ini
Covid-19
Agung Dwi Wahyu Widodo dr MSi, Pakar Imunologi, Fakultas Kedokteran UNAIR.

KILASJAVA.ID, SURABAYA – Tren peningkatan kasus COVID-19 kembali menjadi perhatian kalangan medis. Meskipun dampaknya tidak sebesar masa krisis pandemi global, varian baru yang lebih mudah menular memicu kekhawatiran tersendiri.

Hal ini disampaikan oleh Dr Agung Dwi Wahyu Widodo, pakar imunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Example 300x600

Dr Agung menjelaskan bahwa COVID-19 belum sepenuhnya hilang. Virus ini terus mengalami mutasi, dan varian terkini seperti NB.1.8.1 atau yang dikenal sebagai Nimbus, menunjukkan pola penyebaran yang lebih cepat meskipun gejalanya relatif ringan.

“Virus ini mengalami adaptasi struktural yang memungkinkannya untuk menghindari deteksi sistem kekebalan tubuh. Karena itu, sekalipun masyarakat merasa situasi telah normal, potensi penyebaran masih tetap ada,” ungkap Dr Agung pada Selasa, 10 Juni 2025.

Ia menyebutkan tiga faktor utama di balik lonjakan kasus saat ini, kehadiran varian baru, penurunan imunitas populasi, serta menurunnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan.

Ketiganya saling berkaitan dan menciptakan lingkungan yang rentan terhadap penyebaran ulang COVID-19.

Menurutnya, varian Nimbus merupakan turunan dari Omikron dengan perubahan signifikan pada bagian spike protein. Perubahan ini berpengaruh besar terhadap efektivitas vaksin generasi sebelumnya dan menjadi tantangan bagi pengendalian wabah secara menyeluruh.

“Struktur spike yang berbeda menyebabkan kemampuan virus menghindari sistem kekebalan meningkat. Ini menunjukkan bahwa vaksin lama kemungkinan tidak lagi cukup memberikan perlindungan,” jelasnya.

Selain mutasi virus, faktor cuaca yang tidak menentu juga memperburuk situasi. Peralihan musim dari panas ke hujan berdampak pada penurunan daya tahan tubuh masyarakat.

Dr Agung mengingatkan bahwa kondisi ini mirip dengan awal penyebaran virus pada akhir 2019, ketika suhu dan kelembaban mendukung replikasi virus.

Di sisi lain, rendahnya angka pemeriksaan dan pelacakan turut memperburuk situasi. Banyak masyarakat dengan gejala ringan seperti batuk dan pilek tidak menyadari bahwa mereka mungkin telah terinfeksi, sehingga tidak menjalani isolasi atau pengobatan yang tepat.

“Fenomena ini memunculkan apa yang kami sebut infeksi lubuk, yaitu penyebaran virus yang berjalan diam-diam tanpa terdeteksi dan sulit dikendalikan,” tambahnya.

Dr Agung menegaskan pentingnya pengembangan vaksin baru yang mampu menghadapi karakteristik varian mutakhir.

Ia menyarankan pendekatan yang serupa dengan strategi vaksinasi influenza musiman, yakni memperbarui formulasi vaksin sesuai varian yang beredar.

“Vaksin yang disesuaikan akan jauh lebih efektif daripada mengandalkan vaksin lama. Pendekatan ini penting sebagai langkah mitigasi jangka menengah hingga panjang,” ujarnya.

Selain upaya vaksinasi, ia juga mendorong masyarakat untuk memperkuat daya tahan tubuh secara alami melalui pola hidup sehat.

Mengonsumsi makanan bergizi, menjaga kebugaran, cukup istirahat, dan menghindari stres merupakan langkah penting untuk meningkatkan imunitas.

Terakhir, Dr Agung menyerukan agar masyarakat tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan dasar, terutama penggunaan masker di ruang publik dan saat berada di keramaian.

“Meskipun status pandemi telah dicabut, tanggung jawab menjaga kesehatan bersama tetap menjadi prioritas. Kita harus tetap waspada dan tidak terlena oleh situasi yang tampak normal,” pungkasnya.

***Kunjungi kami di news google KilasJava.id

Example 468x60 Example 468x60 Example 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *