Example 728x250
Daerah

Panen Raya Tembakau di Pamekasan Tak Semanis Harapan

27
×

Panen Raya Tembakau di Pamekasan Tak Semanis Harapan

Sebarkan artikel ini
Tembakau Madura
Saat proses perajangan tembakau Madura di lakukan di malam hari. (Foto: Nayla, Kilasjava.id).

KILASJAVA.ID, PAMEKASAN – Panen raya tembakau di Madura tahun ini tidak sepenuhnya membawa kabar baik bagi para petani. Cuaca ekstrem yang melanda selama musim tanam membuat mutu tembakau menurun, terutama dari sisi berat rajangan dan kualitas daun.

Sejak awal, sejumlah pengamat pertanian sudah memprediksi bahwa anomali cuaca pada musim kemarau 2025 akan berdampak pada produksi tembakau Madura.

Example 300x600

Kenyataannya, prediksi itu terbukti. Sebagian besar petani di wilayah Pamekasan mengaku hasil panen kali ini lebih rendah dibanding tahun lalu, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Hozainuddin, petani sekaligus penebas tembakau asal Desa Lemper, Kecamatan Pademawu, menyebutkan bahwa berat rajangan turun hingga 20 persen akibat pengaruh angin kencang dan kadar air yang tidak stabil.

“Tahun ini hasilnya jelas lebih ringan, karena angin sering kencang dan daun cepat kering di batang. Mutunya juga tidak sebagus tahun kemarin,” ungkapnya saat ditemui di lokasi perajangan, Sabtu (5/10/2025).

Hozainuddin menambahkan, penurunan hasil tersebut membuat dirinya lebih berhati-hati dalam membeli tembakau mentah dari petani lain. “Saya tidak berani menebas banyak. Kalau harga jatuh, risikonya terlalu besar,” ujarnya.

Saat ini, ia tengah merajang tembakau asal Sumenep sebanyak delapan bal, dengan berat antara 40–50 kilogram per bal. Ia berharap harga jual bisa menembus di atas Rp50.000 per kilogram, asalkan cuaca kembali panas stabil.

Menurutnya, kondisi cuaca menjadi penentu utama dalam menentukan mutu tembakau Madura. Idealnya, tanaman ini tumbuh dan dipanen dalam cuaca kering tanpa gangguan hujan.

Tembakau Madura.

Curah hujan yang muncul di luar musim menyebabkan daun menjadi tebal, kadar nikotin menurun, dan aroma khas tembakau Madura berkurang.

“Hujan di saat panen itu musuh utama tembakau. Daun jadi lembap, mudah busuk, dan sulit dikeringkan. Kalau sudah begitu, harga pasti turun,” jelasnya.

Fenomena penurunan kualitas ini juga berimbas pada kebijakan harga di tingkat pembeli besar.

Sejumlah pedagang yang terafiliasi dengan pabrikan rokok nasional seperti Gudang Garam, Djarum, Sampoerna, Wismilak, dan Sukun menurunkan harga beli dibanding tahun lalu.

Meski begitu, para petani tetap berharap tren harga bisa membaik seiring membaiknya kondisi cuaca.

“Sekarang panas mulai stabil. Saya yakin tembakau rajangan yang baru dikeringkan bisa lebih bagus,” kata Hozainuddin optimistis.

Kondisi tahun ini menjadi pengingat bahwa keberlangsungan komoditas tembakau Madura sangat bergantung pada keseimbangan iklim.

Tanpa dukungan cuaca yang bersahabat, petani tembakau di Pulau Garam harus terus beradaptasi menghadapi perubahan alam yang semakin sulit diprediksi.

***Kunjungi kami di news google KilasJava.id

Example 468x60 Example 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *