KilasJava.id, Surabaya – Haul ke-30 KH Abdul Wahab Turcham berlangsung dengan khidmat pada acara yang mengusung tema “Meneladani Keikhlasan, Meneguhkan Pengabdian.”
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa, Pembina Yayasan Khadijah Prof. Dr. Ali Aziz, Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah KH Asep Saifuddin Chalim, serta ulama ternama dari Universitas Al Azhar Mesir.
Ulama besar seperti Mahaguru Madzhab Syafi’i Syeikh Abdul Aziz Asy Syahawi, Mahaguru Tasawuf Sunni Syeikh Prof. Dr. Muhammad Muhanna, dan Guru Besar Tasawuf Syeikh Prof. Dr. Yusri Rusydi turut hadir memberikan penghormatan atas jasa besar KH Abdul Wahab Turcham.
Dalam sambutannya, mereka menekankan peran KH Abdul Wahab Turcham sebagai pendidik visioner yang telah mewariskan nilai-nilai luhur bagi dunia pendidikan.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa memuji keteladanan KH Abdul Wahab Turcham.
“Alhamdulillah, Yayasan Khadijah telah melahirkan banyak ilmuwan hebat. Jejak perjuangan beliau harus terus kita teladani,” ujar Khofifah.
KH Abdul Wahab Turcham lahir di Peneleh, Surabaya, pada 15 Januari 1915. Beliau adalah seorang ulama yang dikenal sederhana, ramah, dan penuh dedikasi terhadap dunia pendidikan.
Ia pernah menimba ilmu di sejumlah pesantren besar, termasuk di bawah bimbingan KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng, Jombang.
Semangatnya sebagai pendidik terlihat dari caranya mendidik murid-murid untuk menjadi pengajar andal di berbagai bidang, seperti sejarah, matematika, dan geografi.
Hj Djajilah Rahma, salah satu Pembina Yayasan Khadijah, mengenang KH Wahab Turcham sebagai guru yang tidak pernah marah dan selalu lemah lembut dalam mengajar.
Fatmah Abbas, Ketua III Yayasan Khadijah, menambahkan bahwa ia adalah sosok yang sangat tawadhu.
“Beliau tidak pernah menonjolkan dirinya. Pesan beliau, jangan mencari penghidupan di Khadijah, tetapi hidupilah Khadijah,” ungkapnya.
Yayasan Khadijah didirikan KH Wahab Turcham dengan visi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Awalnya, yayasan ini merupakan sekolah khusus perempuan. Kini, dalam naungan Nahdlatul Ulama, Yayasan Khadijah berkembang menjadi lembaga pendidikan besar dengan lima area sekolah dan lima panti asuhan.
Pemilihan nama Khadijah didasari inspirasi dari sosok Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah SAW.
Syeikh Prof. Dr. Yusri Rusydi dari Al Azhar Mesir menyatakan, “Nama ini sangat menyentuh hati saya. Yayasan Khadijah adalah simbol pendidikan dan keikhlasan. Pendidikan adalah fondasi utama peradaban, sebagaimana Khadijah menjadi fondasi bagi Rasulullah dalam menyebarkan Islam.”
KH Wahab Turcham tidak mewariskan harta benda, tetapi semangat dan dedikasi untuk memajukan pendidikan. Beliau ingin Yayasan Khadijah menjadi tempat lahirnya generasi unggul yang mampu memberikan manfaat besar bagi masyarakat.
Hj Khofifah menutup sambutannya dengan mengatakan, “Jika beliau masih hidup, beliau pasti bangga melihat Yayasan Khadijah yang telah melahirkan banyak tokoh hebat dan terus memberikan manfaat bagi masyarakat.”
Haul ke-30 KH Abdul Wahab Turcham tidak hanya menjadi peringatan, tetapi juga pengingat tentang pentingnya pendidikan sebagai jalan menuju kemajuan.
Dengan nilai-nilai keikhlasan dan pengabdian yang diwariskan, Yayasan Khadijah menjadi bukti nyata visi besar seorang ulama sederhana yang berdampak besar pada dunia pendidikan.