KilasJava.id, Surabaya – Kasus obesitas pada anak dan remaja di Indonesia terus meningkat dan kini menjadi perhatian serius. Menyikapi kondisi ini, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) bekerja sama dengan UNICEF Indonesia menggelar kampanye edukatif bertajuk “Be Healthy, Be Happy: Let’s Help Everyone Stay That Way” pada Selasa (29/4/2025) di Kampus B Unusa Tower, Surabaya.
Kegiatan ini diikuti ratusan pelajar SMA dan sederajat dari wilayah Surabaya dan Sidoarjo sebagai bagian dari upaya membentuk kesadaran kolektif terhadap pentingnya pola hidup sehat sejak remaja.
Nutrition Officer UNICEF, dr. Karina Widowati, menyoroti peningkatan angka obesitas yang kini menjadi ancaman kesehatan jangka panjang. Ia menyampaikan bahwa prevalensi obesitas pada anak usia sekolah mengalami peningkatan, terutama pada kelompok usia remaja.
“Obesitas pada anak usia 5–12 tahun naik menjadi 12% pada 2023. Lebih tinggi lagi pada remaja usia 13–18 tahun. Ini menjadi tantangan baru, meskipun kita berhasil menurunkan angka stunting,” ujarnya.
Karina menegaskan perlunya keterlibatan aktif orang tua dalam mengarahkan pola makan anak. “Mulailah dengan makan sehat di rumah, konsumsi lima porsi buah dan sayur setiap hari, dan jangan lupa ajarkan membaca label gizi,” tambahnya.
Lebih jauh, Karina juga mendorong anak-anak untuk tetap aktif bergerak. “Olahraga tidak harus di lapangan. Di dalam kelas pun bisa. Yang penting anak-anak bergerak, tidak hanya duduk berjam-jam di depan layar,” katanya.
Hal ini diamini oleh Budi Indrawati, S.KM., M.M., dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Menurutnya, masih banyak yang belum menyadari bahwa obesitas adalah penyakit serius.
“Obesitas kerap dianggap masalah estetika, padahal ini berkaitan erat dengan penyakit kronis. Deteksi dini dan edukasi harus terus ditingkatkan,” jelasnya.
Ketua LPPM Unusa, Achmad Syafiuddin, S.Si., M.Phil., Ph.D., mengatakan kampanye ini bertujuan memperluas pemahaman masyarakat mengenai pentingnya gaya hidup sehat melalui pendekatan kolaboratif.
“Pencegahan obesitas tak bisa dilakukan satu sektor saja. Dibutuhkan sinergi pendidikan, keluarga, dan komunitas. Anak-anak kita harus lebih banyak terpapar aktivitas fisik dan lingkungan sehat,” ujar Syafiuddin.
Ia optimistis, melalui pendekatan multi-aspek dan kolaborasi lintas lembaga, Indonesia mampu membangun generasi muda yang sehat, berdaya saing, dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045.
***Kunjungi kami di news google KilasJava.id