Dorongan untuk terus belajar seolah menjadi nafas kehidupan bagi Anwar. Ia mendaftarkan diri di program doktor UI, namun tiga kali upayanya kandas akibat kompetisi beasiswa yang ketat.
Dalam kelelahan itu, dukungan datang dari komandannya. Ia pun memutuskan mengambil program doktor manajemen bencana di Universitas Negeri Jakarta. Tak disangka, pada saat yang sama, ia juga diterima di program doktor manajemen keperawatan UI.
Menjalani dua studi doktoral secara bersamaan bukan perkara ringan. Anwar menggambarkan masa itu sebagai periode penuh tekanan intelektual, namun ia memilih tetap melangkah.
Kedua gelar doktor berhasil ia raih sekitar tahun 2006, menjadi bukti bahwa semangat belajar dan daya tahan menghadapi beban bisa menghasilkan buah luar biasa.
Tawaran studi lanjut ke Australia sempat datang, namun ia menolaknya. Bagi Anwar, saat itu adalah momen untuk fokus pada pengabdian dan pengembangan karier di militer.
Ia mengikuti pendidikan lanjutan untuk kenaikan pangkat dan kini mengemban jabatan strategis sebagai Kepala Departemen Keperawatan dan Komite Keperawatan di TNI AL.
Selain itu, ia juga mengajar di Universitas Pertahanan Republik Indonesia sebagai dosen manajemen bencana, serta aktif mengajar di kampus lain termasuk Universitas Indonesia Maju dan Universitas Nasional.
Di tengah segala capaian itu, Anwar tetap menjaga kesederhanaan. Ia percaya bahwa ilmu tidak untuk disimpan, melainkan dibagikan.
Baginya, berbagi pengetahuan adalah bentuk pengabdian tertinggi, dan tidak ada yang lebih bermakna daripada melihat generasi penerus tumbuh dengan bekal ilmu yang mencerahkan.
Kisah hidup Anwar Kurniadi adalah representasi dari nilai-nilai ketekunan, keberanian menghadapi tantangan, serta semangat untuk terus tumbuh dalam keterbatasan.
Dari perawat muda di Surabaya hingga menjadi Profesor dan Kolonel TNI AL, ia membuktikan bahwa pendidikan vokasi pun bisa mengantar seseorang pada pencapaian tertinggi jika disertai dedikasi dan visi yang kuat.
***Kunjungi kami di news google KilasJava.id