Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Ekonomi Bisnis

IHSG Terkonsolidasi, Ancaman Perang Dagang Trump-Kanada Jadi Momok Baru

24
×

IHSG Terkonsolidasi, Ancaman Perang Dagang Trump-Kanada Jadi Momok Baru

Sebarkan artikel ini
IHSG

KilasJava.id, Surabaya – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan mengalami konsolidasi pada rentang 6.450-6.550 setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 3,97 persen.

Namun, sentimen negatif kini muncul dari potensi perang dagang baru yang dilancarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap Kanada.

Example 300x600

Prof. Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si., pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, mengungkapkan bahwa pergerakan IHSG sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor global, terutama kebijakan perdagangan AS.

“Jika Amerika Serikat menerapkan tarif tertentu, negara lain yang merasa dirugikan akan cenderung membalas dengan kebijakan serupa. Investor merasa khawatir dengan berbagai kebijakan tersebut, karena berpotensi mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia,” jelas Prof. Imron.

Dampak dari ketegangan ini tidak hanya dirasakan pada hubungan dagang AS dengan Kanada dan Meksiko, tetapi juga memicu reaksi keras dari negara-negara Eropa. Akibatnya, banyak investor melakukan aksi jual meskipun secara fundamental saham-saham tersebut masih cukup baik.

“Akibatnya, banyak harga saham terkoreksi dan terlihat lebih murah, meskipun kondisi fundamentalnya tetap kuat,” tambahnya.

Selain tekanan dari faktor global, Prof. Imron juga menyoroti adanya sentimen negatif dari dalam negeri yang turut menekan IHSG. Kasus korupsi di sektor-sektor penting, termasuk Pertamina, telah meningkatkan ketidakpercayaan pasar.

“Sentimen ini mendorong aksi jual dan menyebabkan nilai saham turun hingga ke level 6.400-an. Padahal, beberapa waktu sebelumnya, IHSG sempat mendekati level 7.000,” ungkapnya.

Pakar ekonomi Unair tersebut mengakui bahwa dalam dua minggu terakhir, faktor global memang lebih dominan dalam mempengaruhi pergerakan IHSG. Namun, faktor domestik seperti pengumuman terkait pembentukan holding BUMN Danantara juga memberikan dampak signifikan terhadap sentimen pasar.

Menurut Prof. Imron, sektor yang paling rentan terhadap ketidakpastian global umumnya adalah sektor yang sangat bergantung pada aktivitas ekspor, seperti pertambangan dan komoditas.

“Saham perusahaan tambang, seperti Adaro dan PTBA, mengalami penurunan bukan semata-mata disebabkan oleh penurunan volume ekspor, melainkan karena pelemahan harga komoditas global,” jelasnya.

Selain sektor pertambangan, industri makanan dan minuman yang berorientasi ekspor juga turut merasakan dampak dari ketidakpastian global ini.

Di tengah tekanan global dan domestik, masih ada sektor yang mampu bertahan, yakni perbankan. Prof. Imron menegaskan bahwa meskipun muncul kekhawatiran terkait kebijakan holding BUMN, secara fundamental sektor perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang solid.

“Secara fundamental sektor perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang solid dengan laba yang terus meningkat setiap tahunnya,” pungkasnya.

Dengan berbagai dinamika tersebut, para investor disarankan untuk tetap waspada terhadap perkembangan global sekaligus memperhatikan fundamental perusahaan dalam mengambil keputusan investasi jangka pendek maupun jangka panjang.

***Kunjungi kami di news google KilasJava.id

Example 468x60 Example 468x60 Example 468x60 Example 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *