Example 728x250
Pendidikan

Mahasiswa Unusa Raih Asa Lewat KIP Kuliah

5
×

Mahasiswa Unusa Raih Asa Lewat KIP Kuliah

Sebarkan artikel ini
Unusa

KILASJAVA.ID, SURABAYA – Tidak semua anak bangsa berkesempatan menempuh pendidikan tinggi. Namun melalui program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK), pintu harapan terbuka lebar bagi mereka yang memiliki semangat belajar, salah satunya di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Rektor Unusa Prof. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., bersama jajaran pimpinan kampus melakukan kunjungan ke rumah penerima KIPK, Rabu (3/9). Selain memastikan program berjalan tepat sasaran, kunjungan ini menjadi bentuk kepedulian kampus terhadap kehidupan mahasiswa. “Kami ingin mengenal lebih dekat para penerima KIPK. Semangat mereka luar biasa, layak menjadi inspirasi,” tutur Prof. Jazidie.

Example 300x600

Salah satu mahasiswa baru, Nafisah Galuh Aurellia, tidak pernah menyangka bisa duduk di bangku kuliah. Gadis kelahiran Sidoarjo itu kini tercatat sebagai mahasiswa D3 Keperawatan. Perjalanan hidupnya penuh perjuangan, terutama setelah ayahnya meninggal ketika ia masih duduk di sekolah dasar.

Galuh adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ibunya, Lilis Suryati, membantu ekonomi keluarga dengan menitipkan usaha lampu kepada sang adik. “Alhamdulillah, dengan itu kami bisa bertahan,” ucap Galuh.

Meski hidup sederhana, semangatnya tak pernah padam. Sejak SMK ia memilih jurusan keperawatan, dan bertekad melanjutkan di bidang yang sama. “Awalnya ingin jadi TNI, tapi arahan ayah membuat saya fokus ke kesehatan. Akhirnya saya merasa sayang kalau tidak diteruskan,” ujarnya.

Lilis Suryati mengaku haru anaknya bisa kuliah melalui KIPK. “Setelah tiga anak saya tidak kuliah, akhirnya anak keempat bisa. Saya selalu bilang, utamakan akhirat, nanti dunia menyusul,” tuturnya.

Berbeda dengan Galuh, M. Faisal baru menemukan tekad kuliah saat duduk di kelas 12 SMK. Anak kedua dari tiga bersaudara ini memilih Program Studi S1 Manajemen di Unusa. Keputusannya sempat diragukan teman-teman, namun ia tetap berpegang pada keyakinan bahwa kuliah adalah investasi masa depan.

Perjalanan Faisal juga tidak mudah. Ia kehilangan ibunya sejak usia 4 tahun. Ayahnya, Budiman, seorang buruh harian di Surabaya, berjuang keras mendukung pendidikan anaknya. “Saya cuma ingin yang terbaik untuk Faisal. Alhamdulillah, akhirnya dia bisa kuliah,” kata Budiman.

Masa kecil Faisal diwarnai tantangan. Ia sempat menolak bersekolah hingga usia 9 tahun, membuatnya lebih tua dari teman-teman sekelas. “Sering minder, jadi banyak diam,” kenangnya. Meski begitu, ia terus melangkah hingga berhasil menembus KIPK.

Cerita Galuh dan Faisal menunjukkan betapa besar arti beasiswa KIPK bagi generasi muda. Dengan dukungan Unusa, mereka kini dapat menatap masa depan lebih optimis.

Prof. Jazidie menegaskan, pendidikan tinggi harus bisa diakses oleh semua kalangan. “Kami berharap mahasiswa penerima KIPK dapat menjadi generasi unggul yang bermanfaat, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bangsa,” pungkasnya.

***Kunjungi kami di news google KilasJava.id

Example 300250 Example 300250
Example 468x60 Example 468x60 Example 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *