Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Ekonomi Bisnis

Transformasi Industri Minyak Nabati, Indonesia Didorong Terapkan Produksi Berkelanjutan

78
×

Transformasi Industri Minyak Nabati, Indonesia Didorong Terapkan Produksi Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini
minyak nabati

KilasJava.id, Bali – Permintaan minyak nabati global terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dunia. Diperkirakan, pada 2050 kebutuhan minyak nabati akan mencapai 307 juta ton, membuka peluang besar bagi Indonesia sebagai produsen utama minyak sawit.

Saat ini, Indonesia menyumbang lebih dari 60 persen produksi minyak sawit dunia dan 22 persen dari total minyak nabati global.

Example 300x600

Dalam International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025 yang berlangsung di Bali Beach Convention, Kamis (13/2/2025), peneliti dari Satuan Tugas Kelapa Sawit Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), Erik Meijaard, menekankan pentingnya sistem produksi yang lebih inklusif dan berkelanjutan untuk memenuhi permintaan global.

“Seiring populasi yang terus meningkat, konsumsi minyak nabati juga melonjak. Fokus diskusi harus pada pengelolaan yang baik untuk memastikan keberlanjutan,” ujar Meijaard.

Menurutnya, tidak ada tanaman penghasil minyak yang sepenuhnya baik atau buruk. Dampak setiap tanaman bergantung pada skala produksi, perdagangan, konsumsi, serta regulasi di masing-masing negara. Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku industri perlu bekerja sama secara proaktif, tidak hanya dalam aspek pasokan pangan dan ketahanan energi, tetapi juga dalam mitigasi dampak lingkungan.

Sementara itu, Biodiversity Conservation Lead for USAID SEGAR, Darmawan Liswanto, menyoroti pentingnya integrasi tanaman dengan komoditas lokal melalui sistem agroforestri untuk meningkatkan produksi sawit secara berkelanjutan.

“Tanpa pengelolaan yang baik dan praktik terbaik, sawit bisa tergantikan oleh komoditas lain,” ujarnya.

Darmawan juga mengingatkan bahwa tanpa peta jalan yang jelas, sistem pangan nasional berisiko terancam. Ia menekankan perlunya penyatuan standar keberlanjutan antara RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), agar kedua sistem tersebut dapat saling melengkapi dan tidak bertentangan.

Konferensi ICOPE 2025, yang berlangsung pada 12-14 Februari di Bali, menjadi ajang diskusi para pemangku kepentingan dalam industri sawit untuk merumuskan solusi terbaik dalam menghadapi tantangan lingkungan dan keberlanjutan.

***Kunjungi kami di news google KilasJava.id

Example 468x60 Example 468x60 Example 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *