KilasJava.id, Surabaya – Universitas Airlangga (UNAIR) memperkuat peran sebagai pusat inovasi nasional melalui pameran riset dan pengabdian masyarakat bertajuk HITEX (Research Invention & Community Development Exhibition) 2025.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari di Airlangga Convention Center, Kampus MERR-C tersebut menampilkan beragam karya ilmiah dan teknologi dari UNAIR serta 24 Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) se-Indonesia.
Salah satu sorotan utama HITEX tahun ini adalah peluncuran dua seed vaksin hasil riset UNAIR, yakni vaksin African Swine Fever (ASF) dan vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), yang ditujukan untuk melindungi hewan ternak berkuku genap.
Kedua vaksin diserahkan secara simbolis oleh Rektor UNAIR, Prof Dr Mohammad Nasih MT Ak CA, kepada mitra riset sebagai langkah awal menuju hilirisasi dan pemanfaatan secara luas di industri peternakan.
“Pengembangan dua vaksin ini memerlukan proses panjang dan kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan Badan Karantina Indonesia. Tantangan terbesar justru terletak pada bagaimana hasil riset ini dapat diterjemahkan menjadi produk yang tidak hanya efektif secara medis, tetapi juga bernilai ekonomis,” kata Prof Nasih dalam sambutannya.
Ia menegaskan pentingnya keterlibatan pemerintah dalam mendukung hilirisasi riset melalui skema penugasan yang lebih strategis. Menurutnya, keterlibatan negara akan mempercepat penetrasi hasil penelitian ke pasar serta menjamin keberlanjutan inovasi dalam skala nasional.
“Jika produk ini tidak menjadi bagian dari program pemerintah, maka kita akan mengalami kesulitan dalam memasarkannya secara luas. Diperlukan sinergi untuk menjembatani hasil riset dengan kebutuhan publik, khususnya di sektor kesehatan hewan,” ujar Prof Nasih, yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR.
Pernyataan tersebut mendapat dukungan dari Prof Yos Sunitiyoso ST MEng PhD, Direktur Hilirisasi dan Kemitraan dari Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendikti Saintek.
Dalam kunjungannya, Prof Yos menekankan bahwa keberhasilan riset perguruan tinggi semestinya tidak berhenti pada publikasi dan prototipe.
“Penting bagi perguruan tinggi untuk melangkah lebih jauh, dari laboratorium menuju masyarakat. Vaksin yang dikembangkan UNAIR merupakan contoh konkret bagaimana riset bisa menjawab kebutuhan nyata dan memberikan dampak luas,” tuturnya.
Melalui HITEX 2025, UNAIR tak hanya memamerkan hasil penelitian, tetapi juga menegaskan perannya dalam mendorong integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kepentingan masyarakat.
Peluncuran dua vaksin unggulan menjadi penanda bahwa riset di perguruan tinggi kini semakin diarahkan pada solusi berkelanjutan yang aplikatif dan strategis.
***Kunjungi kami di news google KilasJava.id