KilasJava.id, Surabaya – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menunjukkan perannya sebagai motor transformasi pendidikan tinggi di Indonesia dengan menggelar Research Invention & Community Development Exhibition (HITEX) 2025.
Kegiatan ini dibuka secara resmi di Airlangga Convention Center (ACC), Kampus MERR-C UNAIR, Selasa siang, sebagai bagian dari upaya integratif dalam mewujudkan pendidikan berbasis teknologi dan pengabdian yang berdampak.
HITEX 2025 menjadi ajang kolaborasi strategis antara akademisi, peneliti, industri, dan pemangku kepentingan dalam menjawab tantangan revolusi industri 4.0.
Direktur Hilirisasi dan Kemitraan dari Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendikti Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek), Prof Yos Sunitiyoso ST MEng PhD, hadir membuka kegiatan sekaligus menyampaikan arah kebijakan nasional dalam penguatan riset dan inovasi.
Dalam pidatonya, Prof Yos menekankan pentingnya pergeseran paradigma dalam pendidikan tinggi, dari sekadar pengajaran menuju peran yang lebih besar sebagai penggerak pembangunan nasional.
Menurutnya, Kemendikti Saintek tengah mendorong perguruan tinggi agar lebih aktif menjalin kolaborasi lintas sektor demi menghasilkan inovasi yang dapat dihilirkan ke masyarakat.
“Kami tidak hanya berbicara tentang regulasi, tetapi juga fasilitasi dan sinergi lintas sektor. Dunia perguruan tinggi harus menjadi pusat pertumbuhan solusi bagi tantangan zaman, dari energi hingga teknologi pangan dan kesehatan,” ujarnya.
Guna mendukung arah kebijakan tersebut, Kemendikti Saintek telah meluncurkan enam program prioritas berbasis riset dan pengembangan.
Fokus utama meliputi hilirisasi hasil riset, penguatan pengabdian masyarakat, pembinaan talenta, pengembangan jejaring multipihak, hingga kawasan sains dan teknologi. Pendekatan ini menempatkan kampus sebagai pelaku utama dalam ekosistem inovasi nasional.
Yos menambahkan, transformasi kebijakan juga mencakup pembaruan dalam pendekatan riset. Jika sebelumnya riset cenderung berorientasi pada produk, kini pemerintah mendorong riset yang berangkat dari tantangan nyata.
Kecerdasan buatan, transisi energi terbarukan, teknologi nano, dan ketahanan pangan menjadi beberapa fokus yang harus dijawab melalui kolaborasi antar-disiplin.
Selain itu, Kemendikti Saintek mengembangkan tiga skema strategis untuk mendekatkan hasil riset ke industri.
Pertama, skema industry pull yang memfasilitasi industri dalam mengomunikasikan kebutuhannya. Kedua, technology push, di mana perguruan tinggi secara aktif menawarkan hasil riset ke dunia usaha. Terakhir, skema kolaboratif antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, serta lembaga kementerian lainnya.
“Riset yang berdampak harus sampai ke tangan masyarakat. Tidak cukup berhenti di jurnal atau laboratorium. Itulah kenapa kemitraan sangat penting,” tegas Yos.
Melalui HITEX 2025, UNAIR tidak hanya menampilkan luaran riset unggulan, namun juga meneguhkan posisinya sebagai kampus yang siap bergerak bersama pemerintah dan industri, membangun ekosistem inovasi yang adaptif dan berkelanjutan untuk menjawab tantangan global secara lokal.
***Kunjungi kami di news google KilasJava.id