Example 728x250
Pendidikan

UNAIR Kembangkan Nano-Karbon untuk Atasi Limbah Batik

17
×

UNAIR Kembangkan Nano-Karbon untuk Atasi Limbah Batik

Sebarkan artikel ini
Limbah
Tim UNAIR bersama pelaku UMKM batik Kota Batu berfoto bersama usai kegiatan pengabdian masyarakat pada Sabtu (20/9/2025) di SLB Eka Mulia, Kota Batu.

KILASJAVA.ID, SURABAYA – Di balik gemerlapnya industri batik yang makin mendunia, terselip persoalan serius, limbah cair dari pewarnaan batik yang mencemari lingkungan.

Menyikapi hal ini, Universitas Airlangga (UNAIR) melalui Program Studi Rekayasa Nanoteknologi Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) turun tangan dengan menghadirkan solusi berbasis nanoteknologi yang ramah lingkungan.

Example 300x600

Dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang berlangsung Sabtu (20/9/2025) di SLB Eka Mulia, Kota Batu, tim UNAIR memperkenalkan nanomaterial karbon dari batok kelapa.

Material ini dihasilkan melalui pembakaran pada suhu tertentu dan penghalusan dengan ball mill, sehingga menghasilkan nano-karbon berdaya serap tinggi yang mampu menyaring zat pewarna berbahaya dari limbah batik.

Sebanyak 21 pelaku UMKM batik mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari sosialisasi, demonstrasi pemakaian nano-karbon, hingga diskusi interaktif.

Setiap pengrajin juga memperoleh paket nano-karbon siap pakai agar langsung bisa diterapkan dalam proses produksi.

“Saya baru tahu limbah kelapa bisa dimanfaatkan untuk mengolah limbah pewarna batik,” ujar salah satu peserta dengan penuh rasa ingin tahu.

Menariknya, program ini turut menggandeng siswa disabilitas dari SLB Eka Mulia yang ikut terlibat dalam proses produksi batik.

Kolaborasi tersebut memberi nilai tambah, karena selain melestarikan lingkungan, program juga mendorong pemberdayaan masyarakat inklusif.

Ketua pelaksana, Tahta Amrillah, PhD, menegaskan bahwa teknologi nano-karbon relevan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

“Program ini membantu UMKM menerapkan produksi ramah lingkungan sesuai SDG 12, sekaligus mendukung target SDG 6 tentang air bersih dan SDG 13 mengenai penanganan perubahan iklim,” jelasnya.

Anggota tim, Mirza Ardella Saputra, PhD, menambahkan bahwa UNAIR kini tengah menyiapkan prototipe pengolahan limbah berbasis nanoteknologi agar dapat dimanfaatkan langsung oleh pelaku UMKM batik.

Program ditutup dengan penyerahan cinderamata oleh Wakil Dekan III FTMM, Prastika Krisma Jiwanti, PhD. Ia berharap inisiatif ini berlanjut dan memberikan manfaat nyata.

“Dengan nanoteknologi, masyarakat bisa mengelola limbah secara mandiri. Semoga industri batik Kota Batu terus berkembang tanpa merusak lingkungan, sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia pada pencapaian SDGs,” tuturnya.

***Kunjungi kami di news google KilasJava.id

Example 468x60 Example 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *